Monday 23 November 2015

HOMEWORK

hw1: TAFSIR SURAH AL HUJURAT AYAT 6-13

Surah Al-H{ujura t ayat 6-13, pada penelitian ini setidak-tidaknya memberikan kontribusi betapa pentingnya pembangunan masyarakat yang bertolak pada ayat-ayat al-Qur'an. Dalam sebuah sistem bangunan kemasyarakatan (lebih-lebih bangunan masyarakat Islam), masyarakat bisa dikatakan ideal apabila di dalamnya terdapat bangunan jiwa persaudaraan, persamaan dan keadilan yang tercermin pada pribadi-pribadi manusia sebagai anggota masyarakat. Implikasi adanya jiwa tersebut tentunya telah terciptanya komunitas yang bersatu, bersaudara dan saling menghargai.


Wahai orang-orang yang beriman!  Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan)
 kebenarannya,  supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini - dengan sebab kejahilan
 kamu (mengenainya) - sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.


Dan ketahuilah! Bahawasanya dalam kalangan kamu ada Rasulullah (maka janganlah kemahuan atau pendapat kamu mendahului pentadbirannya); kalaulah ia menurut kehendak kamu dalam kebanyakan perkara, tentulah kamu akan mengalami kesukaran; akan tetapi (Rasulullah tidak menurut melainkan perkara yang diwahyukan kepadanya, dan kamu wahai orang-orang yang beriman hendaklah bersyukur kerana) Allah menjadikan iman suatu perkara yang kamu cintai serta di perhiaskannya dalam hati kamu, dan menjadikan kekufuran dan perbuatan fasik serta perbuatan derhaka itu: perkara-perkara yang kamu benci; mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang tetap menurut jalan yang lurus; -


(Mereka dijadikan berkeadaan demikian) sebagai limpah kurnia dan nikmat pemberian dari Allah; dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.


Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap yang lain, maka lawanlah puak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala perkara); sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.


Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu; dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat.


Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain; dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang-orang yang zalim.

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.


Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu).



TAFSIR AYAT

Ayat 6:
Ayat ini turun, memberikan penjelasan bagi umat manusia semuanya untuk selalu benar dalam segala berita yang disampaikan oleh orang muslim mahupun bukan muslim. . Ayat ini menolak berita orang-orang fasiq dan mensyaratkan keadilan,baik dia perawi ataupun saksi, dan membolehkan kita menerima khabar seorang yang adil. Perbuatan fasiq dalam ayat tersebut adalah orang muslim, sehingga tidak ada jaminan bahwa jika seseorang telah memeluk agama islam telah berlaku baik dalam segala aspek.

Ayat 7:
Kata yaa ayyuhal ladzina amanu merupakan kata panggilan (nida’), disini diartikan wahai orang-orang yang beriman, untuk menggugah mustami’nya (pendengarnya), bahwa sesudah panggilan itu ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dengan serius. Sedang dipergunakan kata “alladzina amanu” (orang-orang yang beriman) sebagai sifat khusus, adalah untuk menyadrkan mereka akan keimanan mereka itu, sekaligus merupakan seruan supaya mempertahankan identitasnya sebagai mukmin, jangan sampai iman ini lepas dari hatinya. Demikian, sebagaimana dikatakan oleh al-‘allamah Abu Su’ud.

Ayat 8: 
 Perkataan “Jika ada seorang fasiq datang kepadamu dengan membawa berita” itu merupakan isyarat yang lembut, bahawa seorang mukmin haruslah benar-benar sedar, jangan mudah menerima kata-kata orang tanpa diketahui terlebih dahulu sumbernya. Disebutnya kata “fasiq”, yang berasal dari kata fasaqa, biasa digunakan untuk melukiskan buah yang telah rosak atau terlalu matang sehingga terkelupas kulitnya. Seorang yang derhaka adalah orang yang keluar dari landasan agama. 

Ayat 9:
Sebab prinsip seorang mukmin haruslah jujur (apalagi mereka adalah seorang sahabat, tentunya mempunyai keimanan yang lebih tinggi daripada generasi penerusnya), juga dikeranakan orang-orang fasik mengetahui bahawa kaum beriman tidaklah mudah dibohongi dan bahwa mereka akan meneliti kebenaran setiap informasi, sehingga seorang fasik dapat dipermalukan dengan kebohongannya.

Ayat 10:
Tetapi setelah terjadi kasus seorang sahabat Nabi memberitakan sesuatu dengan dusta seperti yang dilakukan oleh al-Walid bin ‘Uqbah, dan itu pun langka terjadi dikalangan para sahabat, maka diturunkanlah ayat tersebut dengan mempergunakan kata “in”, suatu huruf syarat yang berarti ragu-ragu.

Ayat 11:
Kata naba’ digunakan dalam arti berita penting . Berbeza dengan kata khabar yang bererti khabar secara umum, baik penting maupun tidak. Dari sini terlihat perlunya memilih informasi, pembawa informasi apakah dapat dipercaya atau tidak. Orang beriman tidak dituntut untuk menyelidiki kebenaran informasi dari siapa pun yang tidak penting, bahkan didengarkan tidak wajar, karena jika demikian akan banyak tenaga dan waktu yang dihamburkan untuk hal-hal yang tidak penting.

 Ayat 12:
Kata bi jahalah dapat berarti tidak mengetahui, dan dapat juga diertikan serupa dengan makna kejahilan yakni perilaku seseorang yang kehilangan kontrol dirinya sehingga melakukan hal-hal yang tidak wajar, baik atas dorongan nafsu, kepentingan sementara maupun kepicikan pandangan. Istilah ini juga digunakan dalam arti mengabaikan nilai-nilai Ilahi.

 Ayat 13:
Ayat diatas merupakan salah satu dasar yang dietapkan agama dalam kehidupan sosial sekaligus ia merupakan tuntunan yang sangat logik bagi penerimaan dan pengalaman suatu berita Kehidupan manusia dan interkasinya haruslah didasarkan hahl-hal yang diketahui dengan jelas. Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi, karena itu ia membutuhkan pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujurdan memiliki integriti sehingga hanya menyampaikan hal-hal yang benar, dan adapula sebaliknya. Karena itu pula berita harus disaring , khawatir jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam bahasa ayat diatas bi jahalah. Dengan kata lain, ayat ini menuntut kita untuk menjadikan langkah kita berdasarkan pengetahuan sebagai lawan dari kebodohan, disamping melakukannya berdasar pertimbangan logik dan nilai-nilai yang ditetapkan Allah SWT sebagai lawan dari makna kedua jahalah[13].

hw2:MENGAPA TIMBUL PREJUDIS?

Isu ini merupakan salah satu cabaran dalam menangani masyarakat berbilang kaum di Malaysia kerana konflik antara etnik berlaku sekiranya sesebuah Negara mempunyai lebih dari satu etnik. Konflik ini wujud sekiranya berlaku pertentangan fahaman mengenai budaya yang boleh mengakibatkan pertentengan kuasa. Banyak punca yang menyebabkan berlakunya konflik antara kaum.

Antara sebab utama adalah ketidakseimbangan pembangunan ekonomi dan pengagihan kuasa. Jika kita lihat keadaan di Malaysia, ekonomi kebanyakan dipegang oleh orang cina manakala politik banyak didominasikan oleh orang melayu. Hal ini disebabkan pada zaman penjajahan British di Tanah Melayu, masyarakat dipisahkan dari sudut ekonomi dan penempatan mengikut kaum-kaum masing. Sebagai contoh, orang cina bekerja sebagai peniaga dan tinggal di Bandar, manakala orang  melayu tinggal di kawasan perkampungan dan melakukan aktiviti pertanian dan orang India pula ditempatkan di kawasan ladang bagi menguruskan kelapa sawit dan getah. Selepas kemerdekaan, disebabkan orang cina mempunyai modal yang banyak serta berpengalaman dalam perniagaan, mereka terus memonopolikan ekonomi di Malaysia sehingga sekarang. Pengasingan ini wujud di antara etnik disebabkan kesan negatif dasar-dasar yang terbentuk semenjak zaman penjajahan.

Selain itu, perkauman antara etnik ini boleh dilihat secara tidak langsung melalui politik mengikut etnik contohnya, UMNO, MCA dan MIC, akhbar dan rancangan televisyen berlainan bahasa mengikut etnik masing-masing. Politik mengikut kaum ini lebih menjurus untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak untuk kaum masing-masing. Walaupun terdapat juga politik bukan berasaskan perkauman, tetapi jika dilihat kepada masyarakat berbilang kaum, mereka lebih cenderung untuk mengekalkan identiti masing-masing serta mempertahankan nilai, budaya dan idea yang berbeza di antara kelompok masyarakat. Hal ini kerana, masing-masing cuba memaparkan nilai mereka sendiri kepada  masyarakat lain yang berlainan agama, budaya, bahasa dan etnik. Sebagai contoh, orang cina sukar memilih wakil dari kalangan orang melayu dan orang melayu sukar memilih wakil dari kalangan kaum India dan cina kerana kaum cina sehingga kini masih sukar menyelami budaya melayu yang sebenar begitu juga orang melayu yang masih ragu-ragu dengan kejujuran kaum cina. Hal ini disebabkan mereka masih kabur tentang latar belakang budaya dan sejarah antara mereka.Sebagai contoh,terdapat perbezaan dalam nilai-nilai orang Melayu dan Cina, kerana latar belakang mereka yang berbeza agama dan budaya. Tambahan pula, terdapat jarak sosial di antara mereka , ramai orang Melayu tidak tahu nilai-nilai Cina dengan baik dan kaum Cina agak jahil tentang nilai-nilai Melayu walaupun mereka telah hidup bersama telah lama. Sistem pendidikan dan komunikasi massa telah tidak digunakan oleh pihak berkuasa dengan sebaiknya untuk menggalakkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai dan budaya masing-masing. Terdapat juga golongan elit memperalatkan isu perkauman untuk mencapai tujuan politik.

Selain itu, sistem pendidikan yang berasingan turut menjadi punca kepada konflik antara kaum. Sebagai contoh, sekolah aliran cina diwujudkan semasa penjajahan british yang dibiayai oleh orang perseorangan dan persatuan mereka sendiri. Mereka diajar dalam ibunda masing-masing. Hal ini menyebabkan polarisasi di kalangan pelajar yang boleh di lihat di institusi pengajian tinggi awam atau swasta (IPTA atau IPTS), orang cina hanya bergaul dengan orang cina dan orang melayu bergaul dengan orang melayu yang menyebabkan tiada hubungan antara kaum dan boleh meningkatkan prejudis antara kaum. Sebagai contoh, terdapat orang Melayu yang menganggap orang Cina sebagai kotor , penipu dan sentiasa taksub dengan membuat wang. Dengan cara yang sama terdapat Cina yang menggambarkan orang Melayu sebagai malas, boros dan suka kepada hiburan. Mungkin sifat-sifat ini adalah benar sesetengah Melayu dan sesetengah orang Cina, tetapi tidaksemestinya benar untuk mereka semua . Ini boleh menyebabkan prejudis antara kaum makin berkembang. Apabila setiap etnik prejudis terhadap yang lain , ketegangan boleh berlaku, dan menyebabkan konflik antara etnik. Oleh itu pengurusan konflik ini penting kerana kewujudan konflik tidak dapat dielakkan. Sekiranya konflik ini diuruskan secara proaktif, ini akan memberikan kelebihan kepada Negara dan sekiranya gagal diuruskan dengan baik, banyak risiko dan kesan terpaksa dihadapi oleh Negara. Pengurusan konflik ini haruslah dilakukan berdasarkan bukan kepada hanya pengamatan satu pihak etnik atau kaum sahaja tetapi melibatkan semua etnik yang terdapat di Malaysia. Selain itu undang-undang, akta mahupun polisi diperlukan sebagai kawalan yang dapat mengendurkan konflik ini dari terus menular. Selain itu, setiap warganegara hendalah memahami sejarah Negara, bangsa lain serta perlembagaan persekutuan di Malaysia. Reformasi system pendidikan perlu dilakukan supaya wujud keselarasan untuk setiap sekolah yang ada di Malaysia. Dasar kerajaan haruslah diterangkan secara jelas melalui media cetak atau media massa supaya rakyat dapat memahami dasar yang akan dilakuakn oleh kerajaan. Golongan elit juga hendaklah tidak menggunakan isu perkauman sebagai agenda politik perkauman yang boleh menyebabkan Negara kucar-kacir. Menurut Islam terdapat empat peringkat dalam menangani konflik antara kaum iaitu : pertama, al-Ta’aruf iaitu berkenal-kenalan atau kita hendak mengetahui dan mempelajari tentang sejarah dan latar belakang serta budaya dan adat resam setiap kaum yang terdapat di Malaysia. Kemudian kedua, al-Tafahum iaitu memahami. Setelah kita mengetahui sejarah dan latar belakang, maka timbul rasa memahami antara kaum dan boleh membuang persaan prasangka antara kaum. Ketiga adalah al-Tadhamum iaitu menjamin antara satu sama lain atau berkerjasama. Selepas kita memahami antara kaum, maka kita boleh berkerjasama antara satu sama lain dalam semua perkara. Dan keempat adalah al-takaful iaitu, saling bantu- membantu, kemudian timbul sikap bantu antara satu sama lain tanpa mengira kaum. sekiranya diamalkan, konflik antara kaum dapat dielakkan. Sebagai kesimpulan, kita perlu mengetahui punca masih berlakunya sentimen perkauman yang kuat di Malaysia supaya kita dapat mengambil langkah yang bijak dan drastik supaya sentimen perkauman ini tidak terus merosakkan keharmonian di Malaysia.

Semua pihak sepatutnya berperanan dalam menangani masalah ini dengan belajar memahami antara satu sama lain dan tidak bersikap berprasangka buruk antara kaum. Kestabilan Negara akan terus terjamin sekiranya konflik antara kaum berjaya di atasi dengan bijak. Pengurusan konflik ini berjaya sekiranya pihak pentadbiran menyelidiki dahulu punca utama konflik itu terjadi.

hw3: FAKTOR PENDORONG &PENGHALANG ASIMILASI

Terdapat faktor pendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi, terdapat juga faktor penghalang atau penghambat terjadinya asimilasi. Dimana kita ketahui bahwa Pengertian asimilasi adalah perubahan yang dilakukan secara suka rela yang dimulai dari penggunan bahasa. Asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi. Asimilasi bertujuan untuk mengurangi perbedaan dalam masyarakat, dengan mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan menuju tujuan bersama. 

Hasil dari proses asimilasi adalah semakin menipisnya batas perbezaan yang terjadi antara individu dalam kelompok,  atau antar kelompok. Selanjutnya, individu menyesuaikan kemahuannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara satu kelompok dan kelompok lain.

Asimilasi terbentuk melalui tiga syarat :

  1. Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeza.
  2. Terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dalam waktu relatif lama.
  3. Kebudayaan dari setiap kelompok saling berubah dan menyesuaikan diri

Faktor-Faktor Pendorong/Mempermudah Asimilasi - Adapun faktor-faktor pendorong/mempermudah terjadinya asimilasi antara lain :

  1. Toleransi antarkelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan 
  2. Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
  3. Adanya sikap yang saling menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.
  4. Memiliki sikap yang terbuka terhadap golongan yang sedang berkuasa dalam masyarakat
  5. Adanya persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal
  6. Terjadinya perkawinan antarkelompok dengan berbeda kebudayaan
  7. Memiliki musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.

Faktor-Faktor Penghalang/Penghambat Asimilasi :


  1. Kelompok yang terisolasi atau terasing, Biasanya minoriti.
  2. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang akan dihadapi
  3. Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
  4. Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi dari pada kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebih seperti ini mengakibatkan kelompok kebudayaan yang satu tidak mau mengakui keberadaan kelompok lain. 
  5. Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, misalnya tinggi badan, warna kulit ataupun rambut. 
  6. Memiliki perasaan yang kuat bahwa individu terikat dengan kebudayaan kelompok masing-masing
  7. Golongan minoriti mengalami gangguan terhadap kelompok penguasa. Seperti pembantaian suku minoriti di bekas negara Yugoslavia dan Rwanda.


No comments:

Post a Comment